Kakiku boleh patah sebelah, tapi kepedulianku tidak

0
1719

Apa yang kita bayangkan saat mendapati anggota tubuh kita yang hilang?
Apa yang akan kita lakukan jika takdir membawa kita pada ketidak utuhan?
Apa juga yang akan kita rasakan saat harapan masa depan seketika saja buram dalam pandangan?

Bersedih, menangis, bahkan hingga mengutuk bisa saja kita lakukan. Kita tak pernah tau bagaimana perjalanan kaki ini akan melangkah, bagaimana tangan ini akan turut berkontribusi, entah bagaimana pula jiwa ini akan tetap peduli.

Kita semua tidak pernah tau ombak apa yang kelak menerjang. Harapannya, semua akan baik-baik saja. Tapi tidak dengan hidup ini. Seperti halnya relief bumi yang tak mulus.

Hari ini, hati saya bergetar. Seketika kamera yang saya bawa dalam misi dokumentasi kemah kepanduan partai keadikan sejahtera lampung menangkap penampakan yang tak biasa.

Namanya Nurjaman. Pria paruh yang usianya genap setengah abad ini mengikuti kemah kepanduan bakti nusantara yang diadakan oleh partai keadilan sejahtera lampung.

Ini bukan sekedah kemah, senang-senang dan menyalakan api unggun. Bukan! Kemah yang diadakan PKS memang cukup menguras energi. Bahkan peserta hingga rela membawa alat masak dan bahan masakan dari rumah.

Kembali kepada sosok yang tak sengaja terekam dikameraku. Ia yang kakinya sudah tak utuh lagi sigap mengambil sampah yang ada tepat di dekatnya. Beberapa kali aku juga memperhatikan, pak Nurjaman (begitu aku memanggilnya) masih bersemangar saat peserta lain terlihat kelelahan.

Menurut beberapa sumber yang berhasil kutanyakan, beliau juga tercatat sebagai relawan tsunami Aceh dan sangat bersemangat jika ada agenda berkemah ataupun kegiatan sosial lainnya.

Flash back 3 tahun yang lalu, dimana mimpi buruk itu hadir dalam hidupnya saat dirinya memulai hari untuk bekerja. Mencari nafkah yang sudah Allah tetapkan untuk keluarga. Sebuah mobil ambulance Rumah Sakit swasta di Bandar Lampung tak sengaja menabraknya dan seketika itu kakinya harus hilang sebelah. Pagi yang segar saat itu terasa suram. Namun, begitulah jalan yang sudah ditetapkan untuk pak Nurjaman. Walau anggota tubuh sudah tak utuh, namun kepedulian pak Nurjaman masih tertanam di jiwa kerelewanannya.

LEAVE A REPLY